Fa inna ashdaqal hadits Kitabulloh (Maka sesungguhnya ucapan yang benar adalah Kitabullah/Alquran), wa khoirul hadyi hadyu Muhammad shalallohu 'alaihi wa sallam (dan petunjuk terbaik adalah petunjuk/sunnahnya Nabi Saw), wa syarrol umur muhdatsatuha (dan seburuk-buruk perkara adalah memperbaruinya --maksud: mengubah isi Alquran dan Assunnah), wa kulla muhdatsatin bid'ah (setiap mengubah Alquran & Assunnah adalah bid`ah), wa kulla bid'atin dholalah (setiap perilaku bid`ah adalah sesat), wa kulla dholalatin fin naar (dan setiap kesesatan berada di neraka).
Penjelasan:
Hadits tersebut sering dijadikan dalil untuk menganggap pelaku mauludan, tahlilan, tarawih 20 rakaat, dll, sebagai perbuatan bid`ah, bahkan pelakunya sesat dan masuk neraka. Padahal kalau mau dicermati, yang dimaksud "wa syarrol umur muhdatsatuha" adalah seburuk-buruk perbuatan adalah memperbarui atau mengubah isi Alquran dan Assunnah. Maka yang termasuk ke dalam golongan "muhdatsah" dan "bid`ah" dalam hal ini adalah golongan yang mengatakan bahwa ada nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Golongan itu seperti Ahmadiyyah.
Wallahul muwaffiq ilaa aqwamit Thariiq.
Penjelasan:
Hadits tersebut sering dijadikan dalil untuk menganggap pelaku mauludan, tahlilan, tarawih 20 rakaat, dll, sebagai perbuatan bid`ah, bahkan pelakunya sesat dan masuk neraka. Padahal kalau mau dicermati, yang dimaksud "wa syarrol umur muhdatsatuha" adalah seburuk-buruk perbuatan adalah memperbarui atau mengubah isi Alquran dan Assunnah. Maka yang termasuk ke dalam golongan "muhdatsah" dan "bid`ah" dalam hal ini adalah golongan yang mengatakan bahwa ada nabi setelah Nabi Muhammad Saw. Golongan itu seperti Ahmadiyyah.
Wallahul muwaffiq ilaa aqwamit Thariiq.